Banyolan yang Lahir dari Dunia Maya
Penulis: Abah Amin
Penerbit: Mitra Baraya Pustaka
Cetakan I: Mei 2012
Tebal: 118 hlm
Resensi:
Ada banyak cara menjalin persaudaraan. Ada banyak pula ruang untuk
mempererat persaudaraan itu. Media jejaring sosial di dunia maya
(internet) saat ini dipandang efektif untuk menyatukan banyak orang.
Inilah yang dilakukan Abah Amin dengan grup facebook "Banyolan Sunda"
sejak 6 Februari 2009. Hingga sekarang, anggota grup banyolan ini
tersebar hingga mancanegara.
Abah Amin dan rekan-rekannya menciptakan kampung virtual bernama "Rancabanyol". Dalam pengantar buku ini, Abah Amin menegaskan bahwa anggota banyolan ini tidak saja eksis di alam maya, tetapi juga di alam nyata. Potensi urang Sunda yang tergabung dalam grup banyolan ini diharapkan mampu mengembangkan kegiatan yang menguntungkan secara ekonomi, membantu sesama dalam kegiatan sosial, dan mengembangkan budaya Sunda. Selain merekatkan orang Sunda melalui jejaring sosial, grup banyolan ini juga mengelola radio streaming bernama Sora Bandung Radio (SBR).
Terbitnya buku Banyolan Sunda (Carita ti Kampung Rancabanyol) merupakan bagian dari misi grup banyolan ini, yaitu mengembangkan budaya Sunda. Dalam bahasa Abah Amin, "Ieu mangrupa hiji tarekah pikeun ngahirupkeun kabeungharan humor Sunda" (hlm. iv).
Dalam buku ini dimuat 174 banyolan pendek dan panjang. Buku ini (sepertinya) sengaja tidak beri daftar isi sebab banyaknya tema dan ruang pemuatan banyolan yang rata-rata pendek. Secara teknis, jika banyolan pendek diberi ruang khusus akan menyita banyak halaman. Walaupun tampil tanpa daftar isi, buku banyolan ini memberikan kebebasan kepada pembaca untuk membaca bagian awal, tengah, akhir atau sebaliknya.
Sebagaimana lazim cerita yang mengajak orang untuk tertawa, Banyolan Sunda (Carita ti Kampung Rancabanyol) ini memuat klasifikasi cerita numskull storties (kisah orang sinting), stories about married couples (kisah suami-istri), stories about a woman girl (kisah seorang wanita), stories about a man (kisah seorang pria), the stupid man (kisah seorang pria bodoh), the clever man (kisah seorang lelaki cerdik), dan tales of lying (kisah dusta).
Pembaca akan tertawa membaca salah satu banyolan numskull storties berikut.
Abah Amin dan rekan-rekannya menciptakan kampung virtual bernama "Rancabanyol". Dalam pengantar buku ini, Abah Amin menegaskan bahwa anggota banyolan ini tidak saja eksis di alam maya, tetapi juga di alam nyata. Potensi urang Sunda yang tergabung dalam grup banyolan ini diharapkan mampu mengembangkan kegiatan yang menguntungkan secara ekonomi, membantu sesama dalam kegiatan sosial, dan mengembangkan budaya Sunda. Selain merekatkan orang Sunda melalui jejaring sosial, grup banyolan ini juga mengelola radio streaming bernama Sora Bandung Radio (SBR).
Terbitnya buku Banyolan Sunda (Carita ti Kampung Rancabanyol) merupakan bagian dari misi grup banyolan ini, yaitu mengembangkan budaya Sunda. Dalam bahasa Abah Amin, "Ieu mangrupa hiji tarekah pikeun ngahirupkeun kabeungharan humor Sunda" (hlm. iv).
Dalam buku ini dimuat 174 banyolan pendek dan panjang. Buku ini (sepertinya) sengaja tidak beri daftar isi sebab banyaknya tema dan ruang pemuatan banyolan yang rata-rata pendek. Secara teknis, jika banyolan pendek diberi ruang khusus akan menyita banyak halaman. Walaupun tampil tanpa daftar isi, buku banyolan ini memberikan kebebasan kepada pembaca untuk membaca bagian awal, tengah, akhir atau sebaliknya.
Sebagaimana lazim cerita yang mengajak orang untuk tertawa, Banyolan Sunda (Carita ti Kampung Rancabanyol) ini memuat klasifikasi cerita numskull storties (kisah orang sinting), stories about married couples (kisah suami-istri), stories about a woman girl (kisah seorang wanita), stories about a man (kisah seorang pria), the stupid man (kisah seorang pria bodoh), the clever man (kisah seorang lelaki cerdik), dan tales of lying (kisah dusta).
Pembaca akan tertawa membaca salah satu banyolan numskull storties berikut.
Aya pasen RSJ nanya ka dokter.
"Pa, iraha abdi tiasa kaluar ti dieu?".
"Engke mun geus waras!".
"Ah, Dokter ge waras ... geuning di dieu wae?" (hlm. 39).
Pada banyolan berklasifikasi stories about a man, pembaca akan berjumpa dengan kisah berikut.
Pada banyolan berklasifikasi stories about a man, pembaca akan berjumpa dengan kisah berikut.
Bah Ocin teh umurna geus ampir 87 taun. Tapi hiji poe ...
"Cik atuh Jang Ipan bantuan, Aki!"
"Bantosan naon Ki?" Jang Ipan kerung, tara-tara tisasari tuda
"Ari meuli viagra di mana?"
"Hah? Aki teu lepat? Kanggo naon Ki? Apanan si Nini ge tos ngantunkeun 9 tauh ka pengker!"
"Ih, maneh mah. Aki mah lain perlu keur nu kitu! Aki oge nyadar diri ..."
"Teras kange naon atuh Ki viagrana?"
"Ah, Aki mah geus bosen tuda mun keur kahampangan sok ngecewer ...
ucrat-acret kana suku wae. Sugan we make viagra mah bisa mancer full
jiga keur jaman pamuda deui ...!" (hlm. 23-24).
Banyolan dalam buku ini tidak hanya berklasifikasi dan mengajak tertawa, tetapi mengandung kritik.
"Saderek siap janten anggota dewan?"
Banyolan dalam buku ini tidak hanya berklasifikasi dan mengajak tertawa, tetapi mengandung kritik.
"Saderek siap janten anggota dewan?"
"Siap!"
"Tos siap dites?"
"Mangga. Tesna naon, Pa?"
"Teu pira. Diajar sare na korsi!" (hlm. 43).
Baheula mah mun aya pamingpin nilep duit nagara, pamingpin bingung da era ka rahayat. Ayeuna mah nilep duit nagara, rahayat nu bingung kumaha carana sangkan pamingpin era.... (hlm. 73).
Sebagaimana dikatakan ahli kesehatan jiwa, membaca, menonton, dan mendengar kisah humor dapat membantu kesehatan seseorang. Paling tidak, hadirnya buku humor (berbahasa Sunda) ini dapat mengurangi stres. Percalah, tertawa adalah obat sosial yang paling mujarab. Benar pula dikatakan sastrawan Amerika bernama pena Josh Billings (alias Henry Wheller Shaw), "Tidak ada banyak lelucon dalam obat, tetapi dalam lelucon ada banyak obat.
Baheula mah mun aya pamingpin nilep duit nagara, pamingpin bingung da era ka rahayat. Ayeuna mah nilep duit nagara, rahayat nu bingung kumaha carana sangkan pamingpin era.... (hlm. 73).
Sebagaimana dikatakan ahli kesehatan jiwa, membaca, menonton, dan mendengar kisah humor dapat membantu kesehatan seseorang. Paling tidak, hadirnya buku humor (berbahasa Sunda) ini dapat mengurangi stres. Percalah, tertawa adalah obat sosial yang paling mujarab. Benar pula dikatakan sastrawan Amerika bernama pena Josh Billings (alias Henry Wheller Shaw), "Tidak ada banyak lelucon dalam obat, tetapi dalam lelucon ada banyak obat.
* (Edi Warsidi, penulis lepas dan penyuka humor)
Follow: